IFRAME SYNC
mgid.com, 713808, DIRECT, d4c29acad76ce94f

ELEKTABILITAS DAN POPULARITAS GANJAR PRANOWO SEMAKIN MENINGKAT


 

Banten, posjakartaraya

Masyarakat seakan dihebohkan dengan hiruk pikuk pencalonan pilpres 2024, sebab masih 2 tahun kedepan hal itu baru akan terlaksana. Masa waktu sepanjang itu sesungguhnya masih dapat menaikkan posisi popularitas dan elektabilitas tokoh yang menjadi harapan kita semua, tentu saja demi meneruskan pasca berakhirnya jabatan Jokowi agar indonesia lebih siap menyongsong era kemajuan yang telah didepan mata. Gambaran situasi politik yang demikian seakan menjadi momentum untuk sengaja didorong agar kepemimpinan nasional untuk periode 2024-2029 membuyarkan konsentrasi bangsa, apalagi setelah pupusnya isu wacana perpanjangan masa jabatan presiden tiga periode yang ditolak oleh Jokowi sendiri yang dianggap menciderai amanat konstitusi.

Etika politik mereka sebenarnya tidak elok, dan betapa tidak sportifnya mereka oleh karena jokowi pun baru menjalankan masa jabatan periode keduanya sekitar 2 tahun, artinya baru setengahnya periode kedua dijalani, masyarakat diseret dan digadang-gadang untuk memilih capres lagi. Ibarat makan, kita baru saja menyantap beberapa suap dari sajian piring pertama yang belum habis, lalu sudah diajak menyantap piring kedua, “tamboh ciyek” dalam istilah makan di warung nasi padang. Bukankah seharusnya kita menghabiskan santapan piring yang pertama, dan apabila dirasakan belum kenyang baru memesan tambahan piring yang kedua.

Masyarakat harus sadar, jika kita semua diam, maka mereka pun sibuk menggiring untuk memperkenalkan para tokoh yang mereka usung demi perhelatan pilpres ke depan nantinya, apalagi bagi partai gurem yang sama sekali belum pernah memuncaki kemenangan untuk mendudukkan kadernya sebagai Presiden. Tentu saja berbagai cara akan dikemas agar suasana politik terus menghangat yang pada gilirannya akan menjadi bola liar yang bergulir sebagai bargaining power terhadap pemimpin saat ini. Selain tujuannya melihat respon masyarakat melalui survey dan elektabilitas atas sosok dari bakal calon Presiden yang mereka gadang-gadang, namun dibalik itu juga terdapat posisi tawar yang akan menguatkan mereka jika masyarakat ikut memasuki gelombang isu yang mereka suarakan.

Nama capres saat ini pun bermunculan ditengah hasil survei yang antara lain Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY, Erick Thohir, Tri Rismaharini, Airlangga Hartarto, dan Puan Maharani. Beberapa dari mereka pun sibuk secara ekspansif dan masif memasang baliho serta memasang iklannya di setiap penjuru tanah Air. Walau sebagian dari tokoh itu masih menduduki jabatan tertentu dan membutuhkan konsentrasi penuh dari jabatan yang diembannya, namun mereka menepisnya dengan berbagai alasan yang tentu agar dapat dimaklumi. Sebab mereka pun berkilah bahwa hal tersebut merupakan inisiatif rakyat agar tidak menjadi fireback bagi dirinya sendiri. Alasan klasik semacam itu bukanlah hal yang baru bahkan sering digunakan oleh pejabat daerah ketika mereka mewacanakan diri untuk ikut pilkada didaerahnya.

Walau telah terdapat beberapa calon, akan tetapi nama Ganjar Pranowo semakin ramai digunjingkan serta memperoleh hasil survey yang terus meningkat, hal itu terlihat dari naiknya popularitas beliau saat ini bahkan duduk di posisi teratas. maka tak heran jika black campaign terhadap dirinya pun dimainkan, betapa tidak, saat ini saja Ganjar langsung dilaporkan Addie Masardi kepada pihak kepolisian, padahal selama ini suara negatif itu tidak pernah terbukti pada sidang KPK terdahulu dan tidak menyatakan Ganjar Pranowo sebagai Tersangka atau Terduga sekalipun. Pola isu semacam ini hendaklah kita kesampingkan, sebab tuduhan, tudingan, dugaan atau bentuk lain dari itu semua hanya agar masyarakat waspada, sangsi atau ragu-ragu, serta ikut mencurigai pada sosok Ganjar Pranowo yang sengaja dibangun agar terlihat negatif dimata rakyat.

Jika selama ini terjadi kesesuaian antara pilihan rakyat dengan pilihan partai politik, tentu hal ini tidak perlu terjadi, bahkan Jokowi pun terpilih atas animo masyarakat yang besar terhadap dukungan bagi pencalonan dirinya sebagai Presiden di tahun 2014 silam, namun dibalik itu, masyarakat pun harus mengingat kalau bukan karena kebesaran jiwa ibu Megawati, mustahil hal itu pun terjadi. Sebab hanya melalui sarana partai politiklah seseorang dapat dicalonkan sebagai Presiden, sedangkan posisi keanggotaan Jokowi kala itu bukanlah sebagai tokoh senior bahkan dipandang sebelah mata oleh lawan politiknya. Apalagi saat itu pula PDI Perjuangan merupakan partai pemenang pemilu, rekomendasi bagi seorang calon Presiden merupakan previlage yang dianggap istimewa pula.

Kekhawatiran masyarakat akan siapa yang akan melanjutkan kepemimpinan nasional pasca selesainya masa tugas jokowi, dan melihat keberhasilan pembangunan dari seorang pemimpin yang jujur, amanah dan memiliki integritas tinggi serta perduli terhadap rakyatnya, disamping itu, beliau pun berpijak pada azas pemerataan dan keadilan bagi segenap wilayah di indonesia, tentu memunculkan harapan besar bagi siapa pun yang pantas menggantikan sosoknya pada estafet kepemimpinan 2024-2029 yang akan datang. Maka tak heran jika harapan masyarakat yang menginginkan agar ketua umum PDI Perjuangan menampakkan kebesaran jiwanya sejali lagi agar berpihak pada pilihan rakyat dan sekaligus dicintai oleh segenap bangsa indonesia saat ini.

Memang tidak sepantasnya terjadi ketegangan antara kandidat dari partai dengan kandidat kehendak rakyat, namun ketepatan memilih dan kemauan meletakkan kepentingan pada hajat bangsa dan negara adalah diatas segala-galanya. Disamping itu, masyarakat telah merasakan betapa era sebelum masa presiden jokowi hanya spending time tanpa ada imbas pembangunan dan kesejahteraan bagi masyarakat indonesia. Pembangunan pada era jokowi saat ini tidak saja dirasakan oleh bangsa indonesia, namun dunia internasional pun ikut tertarik mengakuinya dan mengagumi kecepatan serta ketepatan pembangunannya. Sehingga wajar jika masyarakat sangat mengkhawatirkan siapa yang akan melanjutkan kepemimpinan nasional kedepan.

Kesimpulannya, penulis tidak bermaksud untuk menggiring opini ataupun mengajak siapapun atau pihak manapun demi mendukung pencapresan yang saat ini sedang menjadi hiruk pikuk perbincangan nasional, namun dibalik itu memandang keadaan politik yang mencemaskan banyak pihak termasuk bagi penulis sendiri kiranya perlu disuarakan secara terbuka. Oleh karenanya, penulis hanya menghantarkan bagaimana menentukan pilihan yang tepat dan sesuai dengan keinginan dari pilihan sebagian besar masyarakat. Sebab jangan sampai kita mengalami kelelahan dan kehilangan semangat juang, apalagi putus asa dalam menimpali isu dari kelompok mereka yang haus akan kekuasaan, kesalahan dalam memilih pemimpin nasional dimasa yang lalu merupakan pelajaran bagi kita semua.

Walau pengawalan bagi masa kepemimpinan jokowi saat ini hingga berakhirnya nanti harus tetap dipastikan, namun tidak ada salahnya bagi kita untuk ikut mendukung, mendorong, menyuarakan kehendak rakyat yang sejatinya agar estafet kepemimpinan untuk periode 2024-2029 yang akan datang tetap terjaga pula. Hal itu hanya akan terjadi dengan upaya dan kerja keras dari kita semua agar pak Ganjar Pranowo dapat hadir dan memenangkan Pilpres yang menjadi harapan kita semua tentunya. Tentu saja para pesaingnya tidak akan tinggal diam serta alternatif dari calon lain pun tidak kalah menggiurkan disamping politik identitas yang marak nantinya.(penulis andisalim/red-posjr)

Berita Terkait

Top