IFRAME SYNC
mgid.com, 713808, DIRECT, d4c29acad76ce94f

RIBUAN BUBU NELAYAN TANJUNG KAIT DI DUGA DI CURI


 

Tangerang kab,posjakartaraya

Nelayan mengeluhkan maraknya maling bubu (alat tangkap rajungan) di perairan laut Pantai Tanjung Kait, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang-banten,Ribuan bubu milik nelayan hilang. Nelayan tidak mengetahui kemana?hal tersebut, sudah di laporkan oleh Salah seorang nelayan, “Untung mengatakan maraknya pencurian bubu ini sudah terjadi sejak beberapa bulan yang lalu, Kondisi ini membuat nelayan semakin menderita katanya di samping tidak bisa melaut karna alat tangkap rajungan yang hilang, juga modal nya yang habis, ” Ujar untung

Yang kemalingan, terpaksa tak melaut lagi, sebelum punya bubu pengganti,” Ujar untung
di Pesisir Pantai Tanjung Kait, Kampung Tanjung Kait, RT 01/01, Desa Tanjung Anom, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, Rabu (20/4/2022).

Untung menuturkan, pernah memergoki komplotan maling bubu di laut. Namun sayang, perahu kayu yang digunakannya tidak bisa mengimbangi kecepatan perahu yang digunakan komplotan maling bubu. “Kami bingung mau lapor kemana agar komplotan maling bubu bisa tertangkap, Kami berharap komplotan maling bubu ditangkap di masa sulit kami mendapatkan rajungan,” ucapnya dengan wajah memelas.

Di tempat yang sama, pengepul rajungan, Beni Tomala mengatakan, hasil rajungan yang didapat nelayan semakin merosot sejak 2014 lalu. Di luar faktor cuaca pada waktu-waktu tertentu, penyebab hasil rajungan semakin menurun karena penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Antara lain, garuk dan cantrang.

Alat tangkap garuk sangat merusak ekosistem bawah laut. Bisa dicek di Youtube-youtube, cara kerja alat tangkap garuk yang merusak ekosistem bawah laut,” jelasnya.

Kemudian, hasil laut semakin menurun sejak 2014, karena air laut yang diduga sudah tercemar limbah industri. Padahal, sebelumnya nelayan bisa mendapatkan rajungan mencapai antara 50 kilogram sampai 100 kilogram sekali melaut.”ujarnya

Letakan bubu di laut yang berjarak sekitar 1 sampai 2 kilometer dari bibir pantai. Ditinggal selama tiga jam. Kemudian balik lagi ke laut. Bisa dapat rajungan sampai 50 kilogram sampai 100 kilogram,” tuturnya.

Setelah 2014, hasil nelayan mendapatkan rajungan semakin menurun. Mulai dari menurun menjadi hanya mencapai 30 kilogram. Kemudian menjadi antara 5 kilogram sampai 10 kilogram. Tahun ini, mendapatkan 1 kilogram sudah sulit. “Sekarang, para nelayan hanya dapat hitungan di bawah 1 kilogram,” ungkapnya. Tidak tertutupnya biaya operasional menjadukan para nelayan enggan melaut,di tambah dengan slalu hilangnya bubu mereka,membuat sejumlah nelayan terpaksa tidak melaut mulai Rabu ini. Sebagian nelayan lagi, mencoba beralih menggunakan alat tangkap berupa jaring untuk mendapatkan rajungan.

“Kalau jaring dipasang mengeliling, tanpa menggunakan umpan. Kalau bubu dipasang dengan menggunakan umpan berupa ikan kecil. Jadi, ini dapat mengurangi operasional juga. Meski begitu, nelayan tetap beli solar 4 sampai 5 liter sekali melaut,” tutupnya.(asri daulay/red-posjakartaraya)

Berita Terkait

Top